Disclaimer : artikel ini ditulis bukan untuk merendahkan dan mengunggulkan salah satu produk dan brand, dan saya bukan fanatik dari salah satu brand kendaraan.
Setelah sekian bulan kasus rangka eSAF milik motor Honda viral dibicarakan, mungkin belum terlalu terlambat bagi saya untuk berkomentar dari sudut pandang orang yang awam otomotif (Hehehe). Tujuannya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk berbagi sudut pandang saja, syukur-syukur tulisan ini juga dibaca oleh para petinggi AHM dan beberapa konsumen yang sudah terlanjur setia dengan brand tersebut. Dan juga sangat normal tentunya bagi saya sebagai pengguna motor Honda dari berbagai tipe dan jenis berkomentar berdasarkan pengalaman dan analisa pribadi.
Pembahasan kali ini tentu tidak akan menjabarkan secara teori dan teknis mengapa kasus rangka eSAF yang patah, kropos, karatan terjadi. Karena hal tersebut sudah banyak dibahas oleh para pakar yang telah ahli di bidang tersebut dan juga sudah banyak di klarifikasi oleh pihak pabrikan sebagai produsen motor. Akan tetapi, bukan persoalan juga jika kita sebagai pengguna yang bukan ahlinya memiliki pemikiran tersendiri terkait penyebab terjadinya kasus tersebut. Yang perlu dipahami bersama adalah pengguna adalah yang paling memahami bagaimana motor yang di milikinya digunakan (khususnya bagi yang mengalami kasus pada rangka eSAF).
Sebagai pengantar perlu kita sepakati bersama bahwa sudah menjadi fakta brand Honda merajai semua target market kendaraan dari semua segment yang ada. Berdasarkan data yang dikutip dari otosia.com tahun 2021, jumlah penjualan motor Honda mencapai 3.928.788 unit dan disusul dengan brand sebelah lainnya. Jika disimpulkan, Honda telah menguasai hampir 78 persen market pengguna kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Meskipun terjadi fluktuasi penjualan di setiap tahunnya, Honda tetap memiliki penjualan tertinggi dibandingkan brand sebelah lainnya. Bagaimana Honda bisa selalu menjuarai penjualannya di pasar Indonesia ? Hal tersebut tentu banyak faktor namun faktor yang paling kuat adalah karena mindset (pola pikir) kita terhadap kendaraan bermotor sudah terinisiasi sebagai Honda (kalau bukan Honda bukan motor namanya hehehe begitu kurang lebih pepatah orang dahulu) atau yang sering kita jumpai juga adalah pola pikir jika membeli air mineral sudah pasti ambil yang merk A*UA.
Lantas apa kaitannya jumlah penjualan yang tinggi dengan kasus rangka eSAF ?
Tentu berdasarkan fakta data yang ada, secara logika masyarakat yang setiap hari bekerja, bepergian, bahkan menjalankan aktivitas hariannya adalah mayoritas yang menggunakan motor Honda. Dengan tingginya jumlah pengguna tersebut, dapat di analisa bagaimana jika terjadi suatu insiden (baik yang diakibatkan oleh lalainya pengguna atau kualitas produk yang kurang baik) tentu tingkat komplain yang muncul akan sangat tinggi. Secara sederhana masyarakat yang sudah memiliki tingkat kepercayaan yang baik pada brand Honda akan merubah pola pikirnya menjadi sebaliknya.
Akibat tingginya komplain yang terjadi dan khususnya pada rentang waktu yang berdekatan tentu akan banyak pengguna yang menyimpulkan secara sepihak bahwa kualitas produk yang dipasarkan oleh Honda kurang baik. Padahal jika kita ingin menggali lebih detail, kasus serupa juga tentu sangat dimungkinkan terjadi pada brand sebelah, namun dikarenakan jumlah penjualan yang masih tergolong jauh dari Honda tentu tingkat komplain yang terjadi tidak akan seviral kasus rangka eSAF.
Selain itu, menurut saya perlu dilakukan kajian lebih detail terkait kasus rangka eSAF yang terjadi. Pihak AHM tentu perlu melakukan pendalaman berdasarkan data, seperti melakukan record terhadap semua komplain pengguna yang telah mengalami kasus tersebut seperti mencatat kronologis terjadinya kasus, lokasi pengguna, karakter berkendara pengguna, perawatan kendaraan yang dilakukan, dan perlu dilakukan komparasi dengan produk yang masih normal yang telah terdistribusi hingga saat ini. Hal tersebut tentu bertujuan untuk mencari fakta kemungkinan penyebab dari kasus yang dialami oleh pengguna. Jika memang terdapat indikasi kelalaian dari pengguna tentu pihak Honda sebagai produsen baiknya melakukan pendampingan untuk proses perawatan dan penanganan bagi produk yang dimiliki pengguna. Namun jika memang dikarenakan kualitas produk yang kurang baik, tentu dapat dilakukan optimasi untuk produk selanjutnya dan mencarikan solusi terbaik bagi produk yang telah terdistribusi. Dengan adanya penanganan tersebut tentu tingkat kepercayaan pengguna terhadap brand Honda akan tetap terjaga bahkan dapat meningkat sehingga mempengaruhi penjualan bagi target market yang tersedia.
Cukup sekian dulu ya pembahasannya, terimakasih sudah membaca. Salam hati merah (hehehe).
0 comments:
Post a Comment